23 Mei 2009

Unexpected Help

“Selamat datang di Melbourne, waktu sekitar menunjukan pukul 08.15. Ada perbedaan waktu 3 jam lebih cepat dari Jakarta. Suhu menunjukkan 12 derajat celcius,” terdengar suara pramugari pesawat Garuda Indonesia.
“Melbourne dingin juga ya. Brrrrr. Jaket tempurnya di koper lagi ah. Mendingan segera cabut deh. Segera cari hotel deh,” kata Annisa. Dia pun segera mencari taksi.

“Widiih hotel kok di gang sih?? Katanya bintang 4. Aneh bener z” kata Annisa sambil menggerutu. Setelah check in, dia pun masuk kamar dan langsung mandi. Setelah mandi, ia segera keluar untuk mencari alamat tersebut.

“Huaaaah! Mulai darimana niiih nyari alamatnyaa?? Mana laper lagi?? Haduuh” keluh Annisa.
“Ada yang bisa dibantu? Saya denger mbak lagi nyari alamat. Siapa tau saya bisa bantu,” seorang pemuda menawarkan bantuan.
“Iya tolong dong. Oh iya namanya siapa?? Gw Annisa,” jawab Annisa.
“Oh gw Ricky. Salam kenal ya. Nyari alamat siapa?” tanya Ricky.
“Alamat cowok gw. Namanya Dochi. Nih alamatnya,” jawab Annisa. Annisa pun menunjukkan alamatnya.
“Oh, 353 Waverley Road. Gw tau dimana Waverley Road. Mau langsung kesana??” tanya Ricky.
“Lo tau tempat makan yang enak nggak?? Gw belom makan nih. Mau makan dulu. Lo tau tempatnya kan??” tanya Annisa.
“Bisa dicari kok, yang penting kita tau Waverley Road dimana. Ya udah lo suka Ayam Bakar Portugis ga? Apa mau nyoba itu? Gw tau dimana yang enak,” kata Ricky.
“Okay! Yuk! Lapeeeer!” kata Annisa dengan manja. Mereka pun segera ke tempat yang Ricky sebut. Setelah sampai, Annisa segera memesan makanan. Setelah memesan, mereka mencari tempat duduk dan mulailah pembicaraan untuk mengenal satu sama lain.

“Eh, gw manggil lo Rick aja ya. Hehe! Lo udah berapa lama tinggal di Melbourne?” tanya Annisa.
“Gw ummm udah berapa ya? 1 tahun lah. Iya 1 tahun, tepat tahun lalu gw mendarat di Melbourne. Lo kesini sendiri?? Nekat??” tanya Ricky.
“Iya Rick. Gw mau ngasi surprise ke cowok gw. Hari ini ulang tahun dia. Gw kira gampang nyari alamatnya, ternyata susah juga,” jawab Annisa.
“Gampang kok, cuma kalo nggak tau alamatnya ya susah Nis. Sama aja kea di Jakarta lo nyari Kemang Food Fest tapi gatau Kemang dimana,” kata Ricky.
“Oooh! Tapi kok lo mau nolong gw? Apa jangan-jangan lo mau jahatin gw lagi?? Haha!” sindir Annisa sambil tertawa.
“Kalo gw mau jahatin lo, yang ada lo gw bawa ke hutan yang jauh disana, gw perkosa lu hahaha! Candaa! Gw kebetulan denger lo ngomong bahasa Indo. Sesama orang Indonesia ya bantu laah! Haha!” jawab Ricky.
“Ooooh, eh makanannya dateng nih. Gw makan ya? Lo ga makan Rick??” tanya Annisa.
“Ga makasih, gw udah makan. Hehehe! Silahkaan,” kata Ricky. Setelah Annisa makan, mereka pun segera berjalan ke Flinders Street.

“Lo ga punya pacar Rick?” tanya Annisa.
“Punya kok. Namanya Amel. Dia tinggal disini juga, kenapa emang?” tanya Ricky.
“Ga kok gapapa Rick. Huaaaahhmm ngantuk,” jawab Annisa.
“Ntar di kereta tidur aja. Ntar ketemu cowok lo seger deh hehe,” kata Ricky.
“Iya deh. Eh ini bangunan aapa? Tua amat!” tanya Annisa.
“Ini Flinders, stasiun nya. Ini tua, tapi dalemnya bagus. Jangan harap kalo toiletnya ya? Hahaha!” kata Ricky.
“Iyaaa! Kita naik kereta jurusan apa?” tanya Annisa.
“Jurusan Frankston kalo ga Pakenham Cranbourne. Kita turuun di Caulfield. Lo beli tiket dulu gih, gw udah ada tiket,” kata Ricky. Annisa pun membeli tiket setelah dituntun caranya oleh Ricky. Setelah membeli tiket, mereka pun langsung berjalan ke kereta. Setelah masuk kereta, mereka mencari tempat duduk dan entah karena terlalu lelah, Annisa langsung tertidur setelah duduk. Tanpa sengaja kepala Annisa pun menyandar ke bahu Ricky. Ricky diam saja, takut membangunkan Annisa. Setelah sampai di Malvern, Ricky pun membangunkan Annisa.

“Nis, bangun. 1 stop lagi kita sampe,” kata Ricky.
“Hah?? Eh gw tidur di bahu lo ya? Maaf ya?? Pegel ya?” tanya Annisa.
“Ah enggak kok, tenang aja hehe! Gimana tidurnya?? Enak? Hehe,” kata Ricky.
“Iya nih hehe! Thanks ya! Eh ini Caulfield kan? Turun yuk!” kata Annisa. Mereka pun turun dan segera naik tram yang kebetulan sedang berhenti. Mereka pun duduk sambil ngobrol sampai stop terakhir tram.

“Ini nih Waverley Road. Rumahnya ga jauh dari sini pasti. Keliatannya 2 blok lah. Jalan dikit ya Nis, gapapa kan?” tanya Ricky penuh perhatian.
“Iya gapapa, gw kan bukan anak kecil hahaha. Yuk!” kata Annisa. Setelah mereka berjalan sekitar 2 blok, terlihatlah rumah yang mereka maksud. 353 Waverley Road.

“Nih Nis, 353 Waverley Road, hehe!” kata Ricky. Tanpa sempat mengucapkan terima kasih, Annisa pun berlari masuk ke rumah dan segera mengetuk pintu. Terdengar suara orang membuka kunci pintu dan terdengar suara derit pintu.

“Yes can I…” kata Dochi. Sebelum menyelesaikan kata katanya, Dochi pun langsung memeluk Annisa setelah tahu Annisa yang mengetuk pintu.
“NISA!! YA ALLAH! AKU KANGEN BANGET SAMA KAMU SAYANG!” seru Dochi.
“AKU JUGA KANGEN BANGET MA KAMU! Oh iya aku mau ngenalin kamu ke orang yang paling baik abis kamu! Dia udah nganter aku!” kata Annisa. Namun, setelah dia berbalik badan, tidak ada siapa siapa. Annisa pun berlari kea rah pagar, menengok kanan kiri namun tidak ada siapa siapa.
“Kenapa sayang? Kamu kan dateng sendiri, pas aku buka pintu, aku cuma liat kamu, ga ada siapa siapa di pagar. Yaudah yuk masuk, besok kita kenalan ma temen temen aku disini,” kata Dochi.

3 Hari Kemudian.

“Ini namanya apa sih Chi??” tanya Annisa.
“Ini namanya QV, dari A sampai Z ada disini. Ga kea mall kan? Hahaha! Tapi keren isinya,” kata Dochi.
“Oooh! Temen-temen kamu mana??” tanya Annisa.
“Itu. Apa kabar lu Bim? Hehehe! Kangen gw ama lo! Lama ga ketemu!” seru Dochi.
“Dochiii! Gw bawa Amel, Dimas, Alan ma Dhika nih hahaha! Ini cewek lo Chi?” tanya Bima.
“Iya, kenalin semua. Ini cewek gw Annisa. Yang itu Amel, yang pendek tu Alan ma itu Dhika,” kata Dochi.
“Wah tai lu Chi ah! Gw kan ga pendek pendek amat! Hahaha!” kata Alan. Setelah ngobrol panjang, Annisa pun bertanya kepada Amel.
“Mel, kamu pacarnya Ricky ya??” tanya Annisa.
“Kok kamu tau?? Dulu iya, sekarang udah ga. Sebenernya sih masih harusnya,” kata Amel.
“Ricky kan cowok lo yang udah meninggal itu kan Mel?” tanya Alan.
“Iya, lo kenal Ricky dimana Nis?” tanya Amel.
“Hah?? UDAH MENINGGAL?? Dia yang nganterin gw kerumah si Dochi. Dia juga yang udah ngasi tau tentang Melbourne,” kata Annisa.
“Aku certain deh. Ricky itu pertama mau sekolah disini. Dia nekat kesini sekalian mau ketemu Amel. Kira-kira setahun yang lalu lah datengnya. Pas hari pertama, dia nyari alamat Amel. Mau ngasi kejutan. Tapi dia meninggal kecelakaan soalnya ada orang mabok nyetir mobil terus nabrak dia. Dia meninggal pas on the way ke rumah sakit,” kata Amel.
“Terus kamu tau darimana??” tanya Annisa.
“Dia kebetulan megang alamat aku. Terus polisi dateng kerumah aku, katanya ada sesuatu yang penting. Terus aku ikut polisinya aja. Aku udah parno ada sesuatu nih. Pas dia nunjukin jasadnya Ricky, aku langsung pingsan,” kata Amel.
“Ya ampun, sabar ya Mel. Kamu ada fotonya Ricky ga?” tanya Annisa.
“Ada kok, nih. Aku nyimpen foto dia pas ada acara camping sekolahnya, kebetulan dia ngasi ke aku,” kata Amel. Amel pun mengambil dompetnya dan menunjukkan foto Ricky.











“Ricky itu yang paling kiri. Aku kan beda sekolah ma dia, makanya gw ga ada disitu,” kata Amel.
“Iya ini orangnya. Dia yang nolong aku. Aku berani sumpah dia yang nolong aku,” kata Annisa. Semua pun terdiam sejenak. Dengan inisiatif Annisa, mereka pun pergi ke kuburan Ricky yang berada di Elsternwick. Setelah itu, mereka semua berdoa untuk Ricky agar tenang di alam sana.

1 komentar:

Titan Aditya mengatakan...

bukannya kebalik ya rik